Minggu, 11 Maret 2018
Rabu, 07 Maret 2018
Senin, 05 Maret 2018
Sabtu, 03 Maret 2018
Di Puji kok malah di Uji?
Orang yang normal tentu akan mencintai sebuah pujian maupun sanjungan. Sudah rahasia umum, jika setiap orang yang di puji akan suatu amalannya atau bahkan hanya sekedar pekerjaannya saja akan bertambah berjuta-juta kali semangat di dalam jiwanya. Mengapa? Karena itulah tujuan suatu amalan atau pekerjaan yang dilakukan manusia, yaitu mendapat pujian dan sanjungan dari orang lain.
Terlebih-lebih jika wanita yang mendapat pujian. Pujian akan kecantikannya akan membuat wanita menghabiskan waktu berjam-jam di depan cerminnya, berlenggak-lenggok tanpa maksud dan tujuan. Sungguh, waktu berjam-jam tersebut jika digunakan untuk membaca Al-Qur'an, tentu sudah berpaa kali khatam yang ia peroleh. Benar-benar pujian adalah ujian, Mudhorot yang didapat jauh lebih banyak ketimbang maslahatnya.
Biasanya pujian dapat menipu diri kita. Sufyan bin Uyainah berkata:
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ : ﻻ ﻳَﻐُﺮُّ ﺍﻟﻤَﺪﺡُ ﻣَﻦ ﻋَﺮَﻑَ ﻧﻔﺴَﻪُ “Para ulama mengatakan, bahwa pujian orang tidak akan menipu orang yang tahu diri (tahu bahwa ia tidak sebaik itu dan banyak aib serta dosa).” [Hilyatul Auliya’ 7/332]
Maka akan lebih bermanfaat jika pujian itu diganti dengan doa, akan lebih besar maslahatnya baik bagi orang yang didoakan maupun bagi orang yang mendoakan, karena dengan mendoakan kebaikan bagi orang lain sungguh Malaikatpun juga akan mendoakan yang semisal bagi kita.
Maurissa Hasina Rosyi
Merendah untuk Meroket
Tampaknya merendah, beramal dengan kiasan
yang seolah-olah merendah. Tetapi hakikat batin yang tersembunyi di dalam hati
ternyata sedang mengkiaskan makna ujub. Hingga secara tidak sadar sedang
menyombongkan diri. Sungguh jika jiwa ini tau sebab-sebab yang membawa pada
jurang kebinasaan
Dalam
hadits yang ma’ruf disebutkan,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ
مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang
kebinasaan: (1)
sifat pelit yang ditaati (2) hawa nafsu yang diikuti, kekaguman seseorang pada
dirinya sendiri” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath, 5/328.
Dihasankan Al Albani dalam Shahiihul Jami’ no. 3045 ).
Sungguh,
setiap manusia mencintai pujian. Terlebih pujian yang orang lain lontarkan pada
dirinya. Bahkan meski selalu berusaha semaksimal mungkin untuk beramal ikhlas
karena Allah, namun karena begitu samar dan tersembunyi nya riya' hingga
tidak sadar jika ternyata sanjungan dan pujian manusia lah yang sedang dicari.
Maka
marilah untuk terus memperhatikan dan memperbaiki niat kita di setiap waktu dan
amalan. Merugi, sungguh merugi dengan amalan yang telah kita kerjakan tetapi
dihancurkan oleh Riya'. Dengan mengharap akan manisnya pahala malah pahitnya
dosa yang didapat, tipuan yang benar-benar samar.
Maurissa Hasina Rosyi
Langganan:
Komentar (Atom)
























