Sabtu, 07 Januari 2017

Merubah Takdir dengan Takdir



Doa adalah senjata yang paling ampuh bagi kaum muslimin untuk memerangi,mengobati, menghilangkan, maupun meringankan bencana yang menimpa. Bahkan doa tidak hanya dapat memberikan manfaat untuk sesuatu yang belum terjadi, doa juga bisa berpengaruh untuk sesuatu yang telah terjadi.  Sesuatu yang sangat ringan, melakukannyapun tanpa memerlukan tenaga yang ekstra, ataupun finansial yang lebih tetapi mempunyai dampak yang besar jika dilakukan dengan ditujukan hanya untuk Sang Pemilik alam semesta. Bahkan dengannya engkau bisa menolak takdir. Rasulullaah Shalallaahu’alaihi wassalam bersabda :

“Tidak  ada yang bisa menolak takdir kecuali dengan doa. Tidak ada yang bisa menambah usia kecuali kebajikan. Sungguh, seseorangbenar-benar akan terhalang dari rizkinya karena dosa yang ia kerjakan.”

Terus menerus dalam berdoa adalah sesuatu yang sangat dicintai Allaah. Karena sungguh tidak akan ada yang sia-sia dalam berdoa dan bahkan tidak ada orang yang binasa dikarenakan doa. Lalu alibi apalagi yang akan kita buat untuk tidak berdoa kepadaNya? sedangkan telah begitu jelas rahmat dan kasih sayang Allah Sang Pemilik apapun yang nampak dan bahkan yang tidak bisa kita gapai dengan penglihatan.
   
Senantiasa bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengharap terkabulnya doa adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Tidak layak jika hanya sekali atau dua kali dalam berdoa lantas doa tersebut belum dikabulkan namun sudah bersuudzon kepada Allaah dengan menganggap bahwa doa tersebut tidak akan dikabulkan sehingga membuat kita berhenti dalam berdoa. Mungkin disini Allaah sedang menguji kesabaran kita, dan sungguh merugilah orang yang berputus asa dalam berdoa, ibarat menabur benih di tanah yang subur kemudian ia menjaga dan menyiraminya. Namun, karena merasa terlalu lama menunggu hasilnya, orang itu pun membiarkan dan mengabaikannya. Sungguh adakah orang yang lebih merugi dari itu?

Doa laksana senjata dan kehebatan dari senjata itu juga bergantung pada pemakainya. Kita tidak bisa hanya dengan mengandalkan ketajaman doa tersebut dengan memilih waktu-waktu mustajab dalam berdoa, tempat yang baik untuk berdoa atau dengan keindahan lafazhnya. Namun, jika seseorang yang berdoa tidak mampu menyatukan hati dan lisannya atau ada sesuatu yang menghalangi terkabulnya doa, maka efeknya juga akan melemah dan berkurang.

Bukan termasuk seseorang yang berakal yang menganggap bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah ditakdirkan, sehingga doa tidak akan berpengaruh. Bukankah akal saja menerima jika kita kenyang karena makan? Adanya akibat karena dilakukannya sebab. Lalu bukankah doa merupakan sebab untuk terwujudnya suatu akibat yang kita inginkan? Orang faqih atau berilmu yang sesunggunya adalah orang yang menolak, menampik, dan melawan takdir dengan takdir pula.

Semoga Allaah senantiasa menjadikan kita manusia yang selalu bergantung hanya kepadaNya, dan menjadikan kita hambaNya yang sabar dan tidak mudah putus asa akan rahmatNya yang begitu luas. Barakallaahu fiina wa hadanaAllaah.



Maurissa Hasina Rosyi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar