Doa adalah senjata yang paling ampuh bagi kaum muslimin
untuk memerangi,mengobati, menghilangkan, maupun meringankan bencana yang
menimpa. Bahkan doa tidak hanya dapat memberikan manfaat untuk sesuatu yang
belum terjadi, doa juga bisa berpengaruh untuk sesuatu yang telah terjadi. Sesuatu yang sangat ringan, melakukannyapun tanpa
memerlukan tenaga yang ekstra, ataupun finansial yang lebih tetapi mempunyai
dampak yang besar jika dilakukan dengan ditujukan hanya untuk Sang Pemilik alam
semesta. Bahkan dengannya engkau bisa menolak takdir. Rasulullaah Shalallaahu’alaihi
wassalam bersabda :
“Tidak ada yang bisa
menolak takdir kecuali dengan doa. Tidak ada yang bisa menambah usia kecuali
kebajikan. Sungguh, seseorangbenar-benar akan terhalang dari rizkinya karena
dosa yang ia kerjakan.”
Terus menerus dalam berdoa adalah sesuatu yang sangat
dicintai Allaah. Karena sungguh tidak akan ada yang sia-sia dalam berdoa dan
bahkan tidak ada orang yang binasa dikarenakan doa. Lalu alibi apalagi yang
akan kita buat untuk tidak berdoa kepadaNya? sedangkan telah begitu jelas
rahmat dan kasih sayang Allah Sang Pemilik apapun yang nampak dan bahkan yang tidak
bisa kita gapai dengan penglihatan.
Senantiasa bersabar dan tidak tergesa-gesa dalam mengharap
terkabulnya doa adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan. Tidak layak
jika hanya sekali atau dua kali dalam berdoa lantas doa tersebut belum
dikabulkan namun sudah bersuudzon kepada Allaah dengan menganggap bahwa doa
tersebut tidak akan dikabulkan sehingga membuat kita berhenti dalam berdoa. Mungkin disini
Allaah sedang menguji kesabaran kita, dan sungguh merugilah orang yang berputus
asa dalam berdoa, ibarat menabur benih di tanah yang subur kemudian ia menjaga
dan menyiraminya. Namun, karena merasa terlalu lama menunggu hasilnya, orang
itu pun membiarkan dan mengabaikannya. Sungguh adakah orang yang lebih merugi
dari itu?
Doa laksana senjata dan kehebatan dari senjata itu juga
bergantung pada pemakainya. Kita tidak bisa hanya dengan mengandalkan ketajaman
doa tersebut dengan memilih waktu-waktu mustajab dalam berdoa, tempat yang baik
untuk berdoa atau dengan keindahan lafazhnya. Namun, jika seseorang yang berdoa
tidak mampu menyatukan hati dan lisannya atau ada sesuatu yang menghalangi
terkabulnya doa, maka efeknya juga akan melemah dan berkurang.
Bukan termasuk seseorang yang berakal yang menganggap bahwa
segala sesuatu yang ada di dunia ini sudah ditakdirkan, sehingga doa tidak akan
berpengaruh. Bukankah akal saja menerima jika kita kenyang karena makan? Adanya
akibat karena dilakukannya sebab. Lalu bukankah doa merupakan sebab untuk
terwujudnya suatu akibat yang kita inginkan? Orang faqih atau berilmu yang
sesunggunya adalah orang yang menolak, menampik, dan melawan takdir dengan
takdir pula.
Semoga Allaah senantiasa menjadikan kita manusia yang selalu
bergantung hanya kepadaNya, dan menjadikan kita hambaNya yang sabar dan tidak
mudah putus asa akan rahmatNya yang begitu luas. Barakallaahu fiina wa
hadanaAllaah.
Maurissa Hasina Rosyi